• Web
  • Blog Anda
  • Rabu, 30 Juni 2010

    Menentukan awal bulan Ramadhan 1430 H

    Bulan suci Ramadhan 1430 H sebentar lagi. PP Muhammadiyah melalui Maklumat Nomor : 06/MLM/I.0/E/2009 mengumumkan penetapan tanggal 1 Ramadhan 1430 H berterpatan dengan hari Sabtu Pahing, tanggal 22 Agustus 2009. Persis juga telah menetapkan hal serupa. Sementara NU memperkirakan juga pada tanggal masehi yang sama. Sebagai orang awam, kita harus ikut mana, jikalau berbeda…?

    Permulaan 1 Ramadhan 1430 H insya Alloh akan jatuh pada tanggal masehi yang sama, yakni tgl 22 Agustus 2009, hari Sabtu.

    Tetapi sebagai insan beriman, kita juga harus menyadari bahwa segala sesuatu yang belum terjadi, kita tidak boleh memastikan. Jadi, apakah nanti akan benar2 1 Ramadhan 1430 H jatuh tepat pada Sabtu, 22 Agustus 2009, atau maju bahkan akan mundur… Kita harus menunggu bila saatnya telah tiba.

    Seperti kapan akan terjadi Kiamat, hanya Alloh SWT yang Maha Mengetahui. Begitu juga kapan 1 Ramadhan 1430, kapan 1 Ramadhan 1431, 1432, …dst.

    Kiamat beda dengan awal bulan, Pak….! Ya benar, tetapi kalau hisab sudah sangat maju, mengapa Maklumat 1 Ramadhan 1431 tidak juga diumumkan? Bahkan saya melalui HISAB sudah bisa menghitung, kapan 1 Ramadhan ribuan tahun yang akan datang…

    Contoh….

    1 Ramadhan 9999 H insya Alloh akan jatuh pada hari Selasa, 26 Juni 10.323 M

    Begitulah….Alloh SWT telah menciptakan manusia dilengkapi dengan akal dan fikiran, manusia diberi otak untuk berfikir. Otak sebagai alat berfikir inilah yang akhirnya memunculkan beragam cara pandang terhadap satu objek kajian. Awal Ramadhan, Awal Syawwal, dan Awal Dzul Hijjah; adalah satu objek yang serupa. Karena cara pandang terhadap penentuannya berbeda antara satu dengan lainnya, maka orang akhirnya menjadi berbeda menjalaninya.

    OK,

    dari ke 3 objek di atas, yang sering menjadi polemik tidak berkesudahan ini, saya ambil satu saja yakni :

    Penentuan Awal Ramadhan 1430 H.

    Bagaimana cara menentukan permulaan Ramadhan 1430 H (dan juga tahun sebelum atau sesudahnya…)?

    Rasulullah SAW bersabda: “Berpuasalah kamu karena melihat hilal (bulan) dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) 30 hari.” (Bukhori – 1776)

    Berdasarkan hadits tersebut Nahdhatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam berketetapan mencontoh sunah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali) dalam hal penentuan awal bulan Hijriyah wajib menggunakan rukyatul hilal bil fi’li, yaitu dengan melihat bulan secara langsung. Termasuk bulan Ramadhan Syawwal dan Dzul Hijjah.

    Hukum melakukan rukyatul hilal adalah fardlu kifayah dalam pengertian harus ada umat Islam yang melakukannya; jika tidak maka umat Islam seluruhnya berdosa.

    Bila tertutup awan atau menurut Hisab hilal masih di bawah ufuk, NU tetap merukyat untuk kemudian mengambil keputusan dengan menggenapkan (istikmal) bulan berjalan menjadi 30 hari. Karena memang sejak zaman Rasululloh SAW, dan tersurat dalam hadits di atas, Rasul SAW telah memberikan solusi berupa penggenapan/istikmal. Hisab bagi NU hanya sebagai alat bantu, bukan sebagai penentu masuknya awal bulan qamariyah.

    Hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut: (1)-Ketika matahari terbenam, ketinggian bulan di atas horison tidak kurang daripada 2° dan jarak lengkung bulan-matahari (sudut elongasi) tidak kurang daripada 3°. Atau (2)-Ketika bulan terbenam, umur bulan tidak kurang daripada 8 jam selepas ijtimak/konjungsi berlaku.

    Ketentuan ini berdasarkan Taqwim Standard Empat Negara Asean, yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS)

    Di komunitas RHI, bahkan kriteria MABIMS ini belum pernah terbukti. Terkahir hilal Sya’ban 1430 H adalah fenomenanya. Bahkan hilal muda Sya’ban 1430 H, tidak ada satu orangpun yang melaporkan melihatnya (ICOP dan MCW) di seantero dunia.

    Sementara itu organisasi Islam Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) juga mengakui Rukyat sebagai awal penentu awal bulan Hijriyah. Namun, Muhammadiyah mulai tahun 1969 tidak lagi melakukan Rukyat dan memilih menggunakan Hisab. Muhammadiyah berpendapat rukyatul hilal atau melihat hilal secara langsung adalah pekerjaan yang sangat sulit sementara Islam adalah agama yang tidak berpandangan sempit, maka hisab dapat digunakan sebagai penentu awal bulan Hijriyah.

    Hisab yang dikemukakan oleh Muhammadiyah bukan untuk menentukan atau memperkirakan hilal mungkin dilihat atau tidak, sebagaimana dilakukan NU, akan tetapi dijadikan dasar penetapan awal bulan Hijriyah sekaligus jadi bukti bahwa bulan baru sudah masuk atau belum. Pasca 2002 Persatuan Islam (Persis) mengikuti langkah Muhammadiyah menggunakan Kriteria Wujudul Hilal.

    Sebagian muslim di Indonesia lewat organisasi-organisasi tertentu yang mengambil jalan pintas merujuk kepada negara Arab Saudi atau terlihatnya hilal di negara lain dalam penentuan awal bulan Hijriyah termasuk penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Cara ini dinamakan Rukyat Global. Penganut kriteria ini berdasarkan pada hadist yang menyatakan, jika satu penduduk negeri melihat bulan, hendaklah mereka semua berpuasa meski yang lain mungkin belum melihatnya. Hadits ini menurut Fatwa MUI, adalah bisa berlaku manakala Daulah Islamiyah Global telah terbentuk. Bila ini belum, maka mengikuti pemerintah masing-masing dulu saja.

    KAPAN sih AWAL RAMADHAN 1430 H..? (Menurut Hadits di atas dgn HISAB-RUKYAT)

    * Hari Kamis 20 Agustus 2009 adalah saat atau waktu untuk melakukan penentuan Awal Ramadhan 1430 H adalah saat GHURUUB/SUNSET (Matahari terbenam) setelah terjadi KONJUNGSI/IJTIMAK (Matahari dan Bulan segaris astronomis). Untuk memahami konjugsi adalah persis saat terjadi Gerhana Matahari Total/Cincin/Sebagian, karena posisi Matahari dan Bulan segaris dan selintang.
    * Hari Kamis, 20 Agustus 2009 saat Sunset itulah saat mengamalkan Hadits di atas. Karena bertepatan secara HISAB dengan tanggal 29 Sya’ban 1430 H (bulan sebelum Ramadhan).
    * Pada saat itu, 20 Agustus 2009, MUHAMMADIYAH dan PERSIS, serta penganut kriteria WUJUDUL HILAL (Hilal telah ada) telah menetapkan berdasarkan Hisab (Perhitungan ilmu Falak-Astronomi), dimana Hilal sebagai penentu awal Ramdhan 1430 H adalah MUSTAHIL DILIHAT pada saat harus diRUKYAH. Kondisi inilah yang dikatakan sebagai makna dari GHUBBIYA (terhalang) dalam hadits di atas. Jadi, kalau Hilal itu GHUBBIYA, maka perintah Rasululloh SAW lewat hadits di atas adalah agar ISTIKMAL (digenapkan) jumlah bilangan hari dalam bulan Sya’ban. Karena saat dan waktu RUKYAH itu adalah tanggal 29 Sya’ban 1430 H, maka genapnya menjadi 29 + 1 = 30. Jadi esok hari adalah masih tanggal 30 Sya’ban 1430 H.
    * Pada saat itu, 20 Agustus 2009, NU dan Depag, MUI, serta penganut kriteria MAUJUDUL HILAL (Hilal terlihat ada) akan melakukan pengamatan atau observasi atau RUKYAH Hilal untuk memastikan hasil Hisab (Perhitungan ilmu Falak-Astronomi), dimana Hilal sebagai penentu awal Ramdhan 1430 H adalah memang BENAR MUSTAHIL DILIHAT pada saat harus diRUKYAH. Bila -atas idzin Alloh SWT – Hilal terlihat, maka esoknya sudah harus berpuasa alias sudah memasuki 1 Ramadhan 1430 H. Tetapi hal ini belum pernah dan insya Alloh tidak akan pernah terjadi, perhitungan HISAB bertentangan dengan fakta di alam. Sebab Sunnatuloh adalah tidak pernah berubah. Oleh karena secara HISAB Hilal itu MUSTAHIL DILIHAT, maka hasil RUKYAH nantinya juga insya Alloh – pasti akan MUSTAHIL TERLIHAT. Kondisi KEMUSTAHILAN secara HISAB ini pulalah yang dikatakan sebagai makna dari GHUBBIYA (terhalang) dalam hadits di atas. Jadi, kalau Hilal itu GHUBBIYA, maka perintah Rasululloh SAW lewat hadits di atas adalah agar ISTIKMAL (digenapkan) jumlah bilangan hari dalam bulan Sya’ban. Karena saat dan waktu RUKYAH itu adalah tanggal 29 Sya’ban 1430 H, maka genapnya menjadi 29 + 1 = 30. Jadi esok hari adalah masih tanggal 30 Sya’ban 1430 H.
    * Pada Jum’at, tanggal 21 Agustus 2009, MUHAMMADIYAH, PERSIS dan para penganut kriteria WUJUDUL HILAL, sudah tinggal menunggu esoknya untuk memulai Awal Ramadhan 1430 H.
    * Pada Jum’at, tanggal 21 Agustus 2009, NU, dan para penganut kriteria MAUJUDUL-HILAL (Hilal terlihat-ada), bisa menunggu seperti teman2nya penganut kriteria WUJUDUL-HILAL, esoknya adalah awal Ramadhan 1430 H, atau tetap melakukan RUKYAH-HILAL. Tetapi RUKYAH-HILAL pada hari Jum’at, 21 Agustus 2009 ini sekedar untuk menambah wawasan. Sebab Syar’i nya sudah Kamis, sehari sebelumnya. Meski HILAL GAGAL DILIHAT, maka jumlah hari bulan Sya’ban 1430 H tetap 30 hari. Karenanya esoknya pasti sudah 1 Ramadhan 1430 H. Lebih2 bila HILAL terlihat, maka lebih mantap dan yakin serta ada kepuasan dalam wawasan, sekaligus menikmati dan mengagungkan ciptaan Alloh SWT.

    RUKYAH HILAL – SULIT

    Ada yang mengatakan, bahwa Rukyah Hilal itu SULIT. Dan ini pula yang mendasari Muhammadiyah mengambil keputusan untuk tidak melakukan Rukyah lagi. Tetapi Muhammadiyah sebenarnya masih mengakui adanya dan muktabarnya Rukyah, bila terjadi perselisihan dengan Hisab.

    Dalam Himpunan Putusan Tarjih di halaman 149 disebutkan, sbb:

    11. Masalah Hisab Dan Ru’yah
    Berpuasa dan Id Fitrah itu dengan ru’yah dan tidak berhalangan dengan hisab. Menilik hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Rasulullah saw bersabda: ”Berpuasalah karena melihat tanggal dan berbukalah karena melihatnya. Maka bilamana tidak terlihat olehmu, maka sempurnakan bilangan bulan sya’ban tiga puluh hari.

    “Dialah yang membuat matahari bersinar dan bulan bercahaya serta menentukan gugus manazil-manazilnya agar kamu sekalian mengerti bilangan tahun dan hisab.” (Al-Quran surat Yunus ayat 5).

    Apabila ahli hisab menetapkan bahwa bulan belum tampak (tanggal) atau sudah wujud tetapi tidak kelihatan, padahal kenyataan ada orang yang melihat pada malam itu juga; manakah yang mu’tabar. Majlis Tarjih memutuskan bahwa
    ru’yahlah yang mu’tabar. Menilik hadits dari Abu Hurairah r.a. yang berkata bahwa Rasulullah bersabda:”Berpuasalah karena kamu melihat tanggal dan berbukalah (berlebaranlah) karena kamu melihat tanggal. Bila kamu tertutup oleh
    mendung, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban 30 hari.”(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

    Di lapangan sering muncul kata-kata, “saya sudah 30 kali rukyah, tapi belum pernah bisa melihat”.

    dan semacamnya….

    Apakah benar Rukyah hilal itu sulit….? Saya mengatakan bahwa Rukyah Hilal, mudah; tetapi juga sulit. Tergantung kita memahami persalannya atau tidak. Dan Rukyah Hilal tidak sekedar untuk menentukan awal Ramadhan, Syawwal dan Dzul Hijjah. Tetapi saya mencoba melakukan 2 kali sebulan, adalah untuk ‘time keeping’. Dan saya merasa selama Rukyah Hilal itu dipandu dengan HISAB yang benar, maka yang terjadi adalah sesuatu yang menyenangkan dan mudah.

    Selama 3 kali saya Rukyah, ternyata saya bisa melihat hilal minimal sekali. Saya melakukan kegiatan Rukyah sejak 2005 setelah bergabung dengan ICOP. Dan saya aktif memberikan laporan baik ke RHI, ICOP juga ke MCW.

    CONTOH APLIKASI HISAB-RUKYAT MENENTUKAN AWAL RAMADHAN 1430 H:

    Hari Pertama Ijtimak:

    * Lokasi/Kota = Sukoharjo (-7o 44′ , 110o 47′),
    * Tgl 29 Sya’ban 1430 H = 20 Agustus 2009
    * Hari Ijtimak = Kamis, 20 Agustus 2009 jam 17:02 WIB
    * Sunset pada 17:37 WIB, pada Azimuth=282o 19’
    * Moonset pada 17:31 WIB, Azimuth=279o 51’, Moon alt= -2o 3’
    * Kesimpulan HILAL MUSTAHIL TERLIHAT
    * Sukoharjo dan Indonesia, ada pada Warna Merah, artinya MUSTAHIL MELIHAT HILAL

    Peta Visibiltas Hilal 1 Ramadhan 1430 H

    Peta Visibiltas Hilal 1 Ramadhan 1430 H

    Peluang Rukyah nya: Hilal Negatif…
    Hilal berada di bawah ufuk, alias negatif

    Hilal berada di bawah ufuk, alias negatif

    Hari Kedua Ijtimak:

    * Lokasi/Kota = Sukoharjo (-7o 44′ , 110o 47′),
    * Tgl 30 Sya’ban 1430 H = 21 Agustus 2009
    * Hari Ijtimak = Kamis, 20 Agustus 2009 jam 17:02 WIB
    * Sunset = 17:37 WIB, lokasi pada Azimuth=281o 59’
    * Moonset= 18:27 WIB, Azimuth=275o 18’, Moon alt= 11o 8’
    * Kesimpulan à HILAL MUDAH TERLIHAT
    * Sukoharjo dan Indonesia, ada pada Warna Hijau, artinya MUDAH SEKALI MELIHAT HILAL

    Peta Visibiltas Hilal Ramadhan 1430 H - hari 2

    Peta Visibiltas Hilal Ramadhan 1430 H - hari 2

    Peluang melihat Hilal : Hilal Mudah dilihat, asal cerah…
    Hilal sangat mudah dilihat, peluang langka...

    Hilal sangat mudah dilihat, peluang langka...

    Itu khan di Sukoharjo, Jawa Tengah…belum seluruh wilayah Indonesia.

    OK, berikut simulasi Rukyah Hilal dari dua lokasi di Indonesia, masing-masing Banda Aceh mewakili koordinat Indonesia bagian barat dan Merauke mewakili koordinat Indonesia bagian timur.

    Simulasi Hilal hari pertama ijtimak/konjungsi di Aceh:
    Visual Hilal hari pertama ijtimak/konjungsi di Aceh

    Visual Hilal hari pertama ijtimak/konjungsi di Aceh

    Simulasi Hilal hari kedua ijtimak/konjungsi di Aceh:
    Visual Hilal hari kedua ijtimak/konjungsi di Aceh

    Visual Hilal hari kedua ijtimak/konjungsi di Aceh

    Simulasi Hilal hari pertama ijtimak/konjungsi di Merauke:
    Visual Hilal hari pertama ijtimak/konjungsi di Merauke

    Visual Hilal hari pertama ijtimak/konjungsi di Merauke

    Simulasi Hilal hari kedua ijtimak/konjungsi di Merauke:
    Visual Hilal hari kedua ijtimak/konjungsi di Merauke

    Visual Hilal hari kedua ijtimak/konjungsi di Merauke

    Selamat menghisab…eh sudah lewat yaaa

    Selamat merukyah, semoga sukses, …..

    Mau dihisab atau dirukyah, Ramadhan 1430 h tetap akan mengunjungi kita……insya lloh , amien 19x

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar